Sebentar lagi, tanggal satu bulan satu. Melihat angka ini di kalender, haduuuuuh...bikin jantung jadi deg-degan, macam sedang menandai waktu kencan pertama dengan pacar. Betapa aku menyukai sensasi ajaib seperti ini wkwkwk.
Tapi, tentu saja, hari ini aku bukannya lagi nunggu pacar baru. Kisah-kisah kayak gitu udah lewat dan moga-moga nggak ada lagi sekuel-sekuel berikutnya. Sebab pacar terakhirku udah suka rela tulus iklas mengikatkan jiwa raganya padaku, sampai maut memisahkan kami (halaaaaah, lebaayyy!). Moga-moga aja dia nggak bosen dan makan ati memiliki diriku yang kadang menjengkelkan, menggelikan, memuleskan, bahkan mungkin juga memalukan hihihi.
Hey, aku bukannya mau bicara soal pasangan hidup di hari pertama tahun ini, meski tentu aja itu adalah hal terpenting buatku. Biarlah itu jadi kerlap-kerlip di wilayah paling pribadi. Aku lagi nggak pengin membaginya denganmu. Nggak apa dibilang pelit, sesekali.
Ini soal angka tahun. 2012. Angka yang sempat bikin merinding karena didengung-dengungkan sebagai akhir kehidupan sebuah periode di bumi berdasarkan hitung-hitungan suku bangsa Maya dan dikuatkan oleh ramalan Mama Lauren! Bahkan filmnya sempat bikin anak-anak ketakutan dan berdoa sebelum tidur supaya mereka masuk surga. Ketakutan yang sebenarnya menjangkiti juga sebagian orang dewasa. Ini tahun kiamat! Cleguk!
Tapi aku bukannya mau ngeribetin soal ramalan kiamat. Aku nggak punya kemampuan buat mikirin soal begituan. Biarin itu jadi urusan Tuhan ajalah. Urusanku--juga kita--soal 'memperkaya diri' aja. Jadi kalau sewaktu-waktu kiamat itu betulan datang, kita udah nggak nyesel lagi sebab udah ngerasain kaya...dan terus berusaha makin kaya.
Matre! Diperbudak kekayaan!
Pasti itu yang kamu tuduhkan buat aku. Iya kan?
Tapi jangan buru-buru menuduh ya. Kaya yang kumaksud di sini jelas bukan soal materi berupa duit berkarung-karung yang disimpen di bawah bantal (gimana kt bs tidur kalo gitu?), rumah mentereng kayak benteng kokoh masif yang kecoak aja susah nembus, mobil berjejer-jejer di jalan, aset tanah-emas-berlian-saham yang disebar bagai benih yang darinya kita berharap bakal tumbuh-bertunas-dan beranak pinak, karier yang melejit macam panah disemburkan busur, atau apalah soal lain-lain yang biasanya sering kita jadikan ukuran keberhasilan.
Kaya yang kumaksud di sini adalah kaya hati. Wkwkwkwk, kayaknya nggak pantes banget deh aku ngomong soal hati yang kayaknya berbau spiritual dan nurani begini. Secara aku bukan ustadzah, meski kadang-kadang bisa juga sujud lama banget (kalo lg ngantuk hihihi).
Oke, ralat. Jangan hati deh. Tapi apa ya? Aku kok belum nemu kata lain yang lebih mewakili. Jadi sebaiknya aku nggak nyebutin judul deh. Apalah arti sebuah judul, begitu kata Mang Tatang tetanggaku di kampung dulu.
Jadi gini,
Anggep aja kiamat itu beneran bakal dateng (halah, itu sih udah pastilah!). Maka sebelum hari mencekam itu tiba, kita harus memperkaya diri kita dulu. Diri kita, itu artinya jasad kita, jiwa kita, pikiran kita, kalbu kita, impian kita, juga doa-doa kita. Semua itu sebenernya udah kita punya. Allah udah ngasih kita modal itu sejak jaman baru nyeprot. Tapi kemudian, setelah kita hidup-tumbuh-berkembang sampai bertahun-tahun, apa modal itu udah bertambah nilainya?
Kita harus memberdayakan semua modal itu untuk pertambahan nilai sebagi pribadi yang lebih baik. Kita harus mengeksplor yang telah diberikan Tuhan itu untuk membuat kehidupan ini lebih punya arti, sekecil apapun itu menurut orang lain. Berikan warna-warna pada dunia, sebagai jejak keberadaan kita, sebagai bukti bahwa kita bisa mensyukuri dan bertanggungjawab atas nikmat-Nya. Kita harus bergerak maju...bersama-sama dengan yang lain.
Haduh, ngomong beginian ternyata bikin capek. Habis, kok jadi mbulet kayak diktat gini. Habis, ini sebenernya wejangan dari para pini-sepuh yang baru dijejalkan padaku semalam. Udah,ah. Kamu pasti capek juga kan bacanya? Ya udah, dari pada ngomong doang...mending kita bergerak aja, yuk! Hap hap hap! Satu dua tiga!
*moga-moga aku nggak omdo lagi...moga-moga tahun ini aku bisa lebih bergerak...moga-moga jin sompret si biang males yang biasa menghuni otakku, lari ngibrit terbirit-birit*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar